Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan
Written by Cyber Dakwah Team
| 21/08/2013 | 0
Sebagai
umat Nabi Muhammad SAW, kita mempunyai petunjuk dan pedoman yaitu Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci, merupakan salah satu dari kitab-kitab suci
yang diturunkan oleh Allah SWT melalui wahyu kepada Nabi Muhammad SAW yang
berisikan garis besar pemahaman akan hakikat kemanusian dan alam sekitar kepada
manusia, apabila manusia sanggup menggunakan akalnya dan tidak hanya
menggunakan hati nurani yang digunakan untuk menyatakan keyakinan terhadap
tanda-tanda kebesaran Allah. Penggunaan akal ini pada dasarnya adalah untuk
memperteguh hati nurani (fitrah/dhamir) dalam dada manusia dalam meyakini
kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an bahwa tidaklah diciptakan segala
sesuatu itu sia-sia. Manusia, sosok makhluk kreasi dan makhluk sempurna yang
diciptakan oleh Allah SWT, dikaruniai kemampuan berpikir dan mengembangkan
akalnya dalam memahami hakikat dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
Al-Qur’an
telah menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jaga
d raya dan
membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari
alam materi. Al-Qur’an menunjukkan bahwa materi bukanlah sesuatu yang kotor dan
tanpa nilai, karena padanya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada
Allah serta kegaiban dan keagungan-Nya. Alam semesta yang amat luas adalah
ciptaan Allah, dan Al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap
keajaiban dan kegaibannya, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang
melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya. Jadi, Al-Qur’an membawa manusia
kepada Allah melalui ciptaan-Nya dan realitas konkret yang terdapat di bumi dan
di langit. Inilah yang sesungguhnya dilakukan oleh ilmu pengetahuan, yaitu:
mengadakan observasi, lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan
eksperimen. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat mencapai yang maha pencipta
melalui observasi yang teliti dan tepat terhadap hukum-hukum yang mengatur
gejala alam, dan Al-Qur’an menunjukkan kepada Realitas Intelektual Yang Maha
Besar, yaitu Allah SWT lewat ciptaan-Nya.
Ilmu
pengetahuan adalah sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata
dasar aslama yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada
kehendak atau ketentuan Allah”. Allah menegaskan bahwa seluruh isi jagat
raya, baik di langit maupun di bumi, selalu berada dalam keadaan islam, artinya
tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan manusia untuk
meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia
takkan mampu menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu
pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam dan ilmu mempunyai akar huruf yang
sama: ain-lam-mim. (QS Ali Imran ayat 83).
Ilmu
bukan sekedar pengetahuan (knowledge) semata , tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknolgi (IPTEK), merupakan salah satu hal yang tidak dapat
kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya
manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada
kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan
akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang
baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan
teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri,
harus memperhatikan beberapa hal yang penting yaitu sesuai dengan ajaran agama
Islam.
Dalam
Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang
berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (QS
Az-Zumar Ayat 9). Potongan dari ayat diatas adalah salah-satu
bentuk teguran Allah SWT agar manusia senantiasa mempelajari ilmu pengetahuan
(sains) terutama yang tertuang dalam sabda Allah di Al Qur’an. Ayat tersebut
juga merupakan penekanan atas keunggulan ‘orang alim’ yang memiliki Ilmu
pengetahuan. Seharusnya teguran-teguran seperti itu membuat masyarakat muslim
menyadari betapa pentingnya mempelajari sains, juga menjadi sebuah pendorong
untuk lebih berfikir secara ilmiah.
Allah
memberikan petunjuk pada manusia untuk terus menggali Ilmu pengetahuan dan
rahasia-rahasia alam semesta yang menggambarkan kebesaranNya. Semua itu
dijelaskan dalam Al Qur’an. Sebagai contoh: Allah berfirman, ” Dan
sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dari saripati tanah, kemudian kami
jadikan saripati itu tersimpan didalam tempat yang kokoh. Kemudian kami dari
saripati itu segumpal darah. Maka kami ciptakan dari segumpal darah itu
segumpal daging. Maka kami ciptakan dari daging itu, tulang-belulang dan kami
bungkus tulang belulang itu dengan daging, kemudian Kami jadikan dia mahluk
dalam bentuk lain. Maka maha Sucilah Allah. Pencipta yang paling baik.” (QS
Al Mukminun 39: Ayat 12-14)
Surat
Al Mukminun itu jika kita telaah lebih jauh, sebenarnya menjelaskan tentang
proses terciptanya manusia, dari proses pembuahan hingga perkembangan janin
didalam rahim yang sampai saat ini dipakai dunia kedokteran untuk menjelaskan
pertumbuhan bayi dalam rahim. Sungguh Allah Mahabesar, dan mengetahui apa seisi
langit dan bumi. Sebelum orang-orang Eropa berhasil mengungkap dan menjelaskan
proses perkembangan janin dalam rahim, Al Qur’an sudah mengatakan hal itu 1500
tahun yang lalu. Di Kitab yang Laa Roiba Fii (Tak ada keraguan di
dalamnya) itu juga memuat berbagai pengetahuan lainnya. Ada penjelasan
bagaimana peredaran darah dalam tubuh, masalah perbintangan, rotasi bumi dan
ilmu-ilmu fisika. Siklus hujan dan lain sebagainya. Bahkan beberapa ilmuwan
dengan tegas menyatakan masuk Islam setelah mereka membuktikan kebenarannya
melalui kajian ilmiah. Maka dari itu, sudah saatnya umat Islam kembali ke Al
Qu’ran. Semoga kedepan peradaban kita akan semakin maju, dan Islam akan
menyongsong masa emas dan daulah kepemimpinan Islam terwujud. Amin ya robbal
a’lamin….
Ayat
Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW menunjuk pada keutamaan
ilmu pengetahuan, yaitu dengan memerintahkannya membaca sebagai kunci ilmu
pengetahuan, dan menyebut qalam sebagai alat tranformasi ilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”(QS. Al-‘Alaq ayat
1-5). Surat yang pertama kali Allah turunkan dalam Al-Qur’an
adalah surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Di dalamnya Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya
dengan mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui. Hal itu menunjukkan
kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.
Al
Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir
zaman. Sebagai petunjuk dari Allah tentulah isi dari Al Quran tidak akan
menyimpang dari Sunatullah (hukum alam) sebab alam merupakan hasil perbuatan
Allah sedangkan Al Qur’an adalah merupakan hasil perkataan Allah. Karena Allah
bersifat Maha segala-galanya maka tidaklah mungkin perkataan Allah tidak
sejalan dengan perbuatan-Nya. Apabila pada suatu malam yang cerah kita
memandang ke langit maka akan tampaklah oleh kita bintang-bintang yang sangat
banyak jumlahnya yang tidak bisa kita hitung dengan jari tangan kita.
Pada
zaman dahulu orang memandang bintang-bintang itu hanyalah sebagai sesuatu yang
sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di angkasa. Namun setelah
ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan juga semakin berkembang, orang
akhirnya mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan bagian dari suatu gugusan
yang dinamakan galaksi yang dialam ini jumlahnya lebih dari 100 milyar.
Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang
masing-masing peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling
bertabrakan satu sama lain. Hal ini juga difirmankan oleh Allah SWT : ”Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya” (QS.
Al-Anbiya ayat 33).
Sehingga
akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengakui bahwa alam
semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah menegaskan hal ini di dalam Al
Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya teleskop yaitu: ”Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya” (QS. Adz-Dzariyat ayat 47).
Oleh
karena itu Allah menyuruh umatnya untuk selalu memperhatikan dan meyakini Al
Quran secara ilmiah. Sebagai contoh, di dalam ilmu fisika kita mengenal adanya
hukum kesetaraan masa dan energi, sedangkan massa adalah merupakan besaran
pokok dalam arti besaran yang ada dengan sendirinya, sedangkan massa tidak
dapat menciptakan dirinya sendiri, lalu siapakah penciptanya? Maka kalau kita
kembalikan kepada Ajaran Tauhid tentu kita akan menjawab bahwa Allah-lah
penciptanya. Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dalam surat
Qaaf ayat 38 Allah telah berfirman : ”Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan Kami
tidak sedikitpun ditimpa keletihan”(QS. Qaaf ayat 38).
Karena
ilmu pengetahuan itu bersumber pada Allah SWT dan pada ayat diatas telah
disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya dalam
enam masa, maka berdasarkan penelitian/teori dalam sejarah asal mula alam
semesta dan kehidupan dapat dikategorikan keenam masa itu sebagai berikut:
Masa
pertama: Pada awalnya keadaan langit dan bumi dalam suatu kesatuan yang padu,
hal ini disebutkan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya yaitu : “Dan
Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka
tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya ayat 30).
Kemudian
menurut ”The Big Bang Theory” atau teori ekspansi ledakan maka terjadi ledakan
yang maha hebat yang akhirnya memisahkan kesatuan yang padu tersebut. Karena
kondisi sekeliling ledakan semula dalam keadaan dingin maka hal ini
mengakibatkan tejadinya kondensasi (penggumpalan). Penggumpalan ini sebagai
akibat dari penurunan energi (panas/kalor) yang sangat drastis. Sebab menurut
hukum Steffan Boltzman tentang radiasi/pancaran panas disebutkan bahwa ”Jumlah
energi radiasi tiap satuan waktu tiap satuan luas sebanding dengan pangkat
empat suhu mutlaknya”. Oleh karena itu apabila terjadi penurunan suhu sedikit
saja maka penurunan energinya dalam hal ini adalah energi radiasi kalor pasti
menjadi sangat besar.
Masa
kedua: Pada masa ini gravitasi mulai berperan dan mulai muncul galaksi-galaksi
yang terdir atas bintang-bintang. Juga mulai muncul planet-planet termasuk
planet bumi yang terdapat dalam tatasurya matahari yang merupakan bagian dari
galaksi Bima Sakti.
Masa
ketiga: Masa ini dikenal juga dengan masa Prekambrium (Precambrian Era). Pada
masa ini kondisi bumi masih cukup panas sehingga belum ada makhluk yang hidup
di bumi.
Masa
keempat: Masa ini sering dikenal dengan zaman Paleozoikum (Paleozoic Era). Pada
masa ini di bumi mulai terdapat kehidupan sederhana yang ditandai dengan
munculnya tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan perintis hingga
munculnya hewan-hewan sejenis serangga dan hewan-hewan amphibia.
Masa
Kelima: Masa ini dikenal pula dengan zaman Mesozoikum (Mesozoic Era). Pada masa
ini hewan-hewan sejenis reptil mulai muncul seperti burung dan sejenisnya dan
muncul pula hewan-hewan raksasa seperti Dinosaurus dan sebagainya.
Masa
Keenam: Masa ini juga disebut zaman Cenozoikum (Cenozoic Era). Pada masa inilah
mulai muncul hewan-hewan mamalia dan pada akhir dari masa ini mulailah muncul
sejarah manusia.
Dengan
demikian jelas bahwa berdasar penelitian yang dilakukan oleh para ahli,
kejadian alam semesta ini dapat dikategorikan dalam enam masa, dimana dua masa
yang pertama adalah masa penciptaan bumi sedangkan 4 masa berikutnya merupakan
tahapan kejadian makhluk-makhluk bumi hingga terciptanya manusia sebagai
khalifah di muka bumi
Hal ini sesuai dengan firman Allah
di dalam Al Quran yaitu:
”Katakanlah:
Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan
semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
diatasnya. Dan memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS.
Fushshilat ayat 9-10).
Kemudian
keutamaan orang yang berilmu telah disebutkan dalam Al-Qur’anul Karim sejumlah
ayat yang menunjukkan akan keutaman ilmu dan para pemiliknya, berikut
penjelasan tentang kemuliaan mereka dan tingginya kedudukan mereka. Di
antaranya adalah ayat:
“Allah mempersaksikan bahwa tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Dia. Demikian pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu mempersaksikannya. Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Dia yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Ali Imran ayat 18).
“Allah mempersaksikan bahwa tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Dia. Demikian pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu mempersaksikannya. Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Dia yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Ali Imran ayat 18).
Dalam
ayat ini terdapat keterangan akan keutamaan orang-orang yang berilmu karena
Allah menyebutkan persaksian mereka bersamaan dengan persaksian-Nya dan juga
persaksian para malaikat-Nya, bahwasanya Dialah sesembahan yang benar, yang
tidak diperkenankan ibadah kecuali kepada-Nya. Persaksian ini mencakup
seagung-agung dzat yang bersaksi, yakni Allah sendiri, dan juga mencakup
seagung-agung perihal yang dipersaksikan dengannya, yakni perihal hak
peribadatan, yang mana hanya Dialah yang khusus berhak diserahkan ibadah.
Adapun pengikutan persaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu setelah
persaksian dari Allah tentuya menunjukkan atas keutaman malaikat dan
orang-orang yang berilmu ini.
Kita
sebagai generasi muda dan generasi harapan bangsa serta agama, telah
seharusnya kita menuntut ilmu pengetahuan. Bukan hanya generasi muda,
generasi tua pun juga. Karena tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu
pengetahuan. Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi umat islam. Terutama
Ilmu Pengetahuan yang bersumberkan dari Al-Qur’an, kitab suci umat islam. “
menuntut ilmu itu mulai sejak kita lahir sampai kita mau masuk dalam liang
lahat” . dari kalimat ini berarti menegaskan kalau menuntut ilmu
pengetahuan adalah suatu kewajiban. Untuk anak-anak, peran orang tua sangat
penting disini. Karena orangtualah yang mengarahkan, mengajari serta mendidik
anak-anaknya. Sebaiknya, sejak kecil orangtua sudah menanamkan nilai-nilai
islami kepada anaknya seperti diserah mengaji di TPA. Ilmu pengetahuan sangat
penting dalam islam. “Ilmu tanpa Agama adalah buta, Agama tanpa ilmu
adalah lumpuh”. Jadi kedua-duanya sangat diperlukan dalam kita mengarungi
kehidupan yang fana ini. Jadi, Al-Qur’an adalah sumber Ilmu Pengetahuan.
Oleh: Nasrianto Rokan Hulu, Mahasiswa Riau,
Img: googleusercontent
- See more at: http://cyberdakwah.com/2013/08/al-quran-sumber-ilmu-pengetahuan/#sthash.giMew3JM.dpuf
Komentar
Posting Komentar